Beriman Itu Bahagia
Oleh : Ustadz Dr. Sukidin.,S.Pd.,M.Pd *
InNgalam.com – Rute perjalanan umroh kami pada tahun ini cukup rileks. Kami berangkat dari kediaman menuju Surabaya via kereta api.
Oleh pihak travel kami diminta transit dulu semalam di Namira Hotel Surabaya.
Keberangkatan ke tanah suci masih esok hari. Hotel Namira lokasinya berdekatan dengan Masjid Al-Akbar. Masjid tersebut menjadi maskotnya orang Surabaya.
Ketika waktu dikumandangkan adzan Maghrib, kami bergegas menuju masjid kebanggaan masyarakat Surabaya tersebut.
Setelah jamaah mulai berkumpul, seorang muadzin beriqamat dengan suara yang mendayu-dayu.
Kegiatan berikutnya yaitu Salat Maghrib. Masha Allah, suara imam sangat merdu.
Ketika imam membaca surah Al Fatihah, dan salah satu surat yang cukup panjang dalam Qur’an, rasanya kami seperti hanyut dalam alam fantasi rohani yang menentramkan.
Hati menjadi tenang. Pikiran- pikiran yang bersifat keduniawian, seketika luruh.
Kami seolah berada pada puncak kesadaran bahwa dunia bukan kunci bahagia.
Hati yang tenang dan keteguhan iman itulah yang membuat kami bahagia.
Dari rakaat ke rakaat berikutnya, kami senantiasa menikmati irama sholat yang dipandu imam yang khusyuk.
Sampai Salat Maghrib diakhiri dengan salam, zikir dan do’a kami rasanya masih sayang untuk mengakhirinya.
Salat Maghrib di Masjid Al-Akbar memberi impresi yang mendalam bagi kami.
Iman yang diyakini dan dihayati dengan menembus wilayah batiniah, akan menemukan kelezatannya.
Itulah yang kami maksud kehidupan orang beriman itu bahagia.
Meresapi setiap bacaan dan gerakan ketika salat, dapat menghadirkan kerinduan perjumpaan dan berdialog dengan Yang Maha Kuasa.
Salat dengan berlama-lama bisa jadi sebagai jawabannya.
Setelah Salat Maghrib, kami ingin lebih lama lagi tinggal di masjid. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap tinggal di masjid sampai ikut jamaah Isya’.
Kami mengisinya dengan kegiatan Salat Ba’diyah Maghrib, Salat Hajat, Salat Taubat, zikir dan tartil Qur’an.
Tak terasa waktu Isya’ begitu cepatnya tiba. Malam itu kami berupaya menunggu dari satu salat fardhu ke sholat fardhu berikutnya, dengan tetap berada di masjid.
Ternyata firman Tuhan itu benar adanya. Bila kita beriman dengan bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam pengamalannya, maka buahnya adalah kenikmatan. Jadi orang beriman itu hidupnya bahagia.
Sekolah Resonansi, 2 Januari 2024
*Penulis Ustadz Dr. Sukidin.,S.Pd.,M.Pd, Dosen Universitas Jember, Kaprodi Pascasarjana IPS.
*Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis