Edelweiss Rangers Identifikasi Aset Hulun Hyang dan Rancang Wisata Tematik di Desa Wonokitri
Berfoto bersama di sela-sela kegiatan.(ist)
INGALAM.COM – Edelweiss, bunga yang sangat dihormati oleh masyarakat Tengger, memainkan peran penting dalam berbagai ritual adat. Namun, tingginya permintaan sebagai souvenir wisata mengakibatkan penjualan ilegal yang mengancam keberlanjutan tanaman ini di habitat aslinya di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Untuk mengatasi masalah ini, tim riset dan pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Brawijaya (UB), yang tergabung dalam “Edelweiss Rangers,” melakukan pengabdian di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Tujuan utama mereka adalah mengidentifikasi dan memetakan aset-aset Kelompok Tani Hulun Hyang guna mendukung pengelolaan taman bunga Edelweiss berbasis ekowisata berkelanjutan.
Data yang dikumpulkan akan diolah menjadi rancangan desain tapak wisata tematik Desa Edelweiss Wonokitri. “Kami berharap, melalui identifikasi aset ini, Kelompok Tani Hulun Hyang memiliki data yang komprehensif dan akurat. Hal ini dapat memudahkan mereka dalam perencanaan budidaya, akses permodalan, dan membantu masyarakat mengenali potensi desa,” ujar Novi Silvia, perwakilan dari Tim Edelweiss Rangers UM.
Tim pengabdian terdiri dari Melati Julia Rahma, S.P., M.Ling (Dosen Departemen Geografi UM); Dr. Ir. Atiek Iriany, M.S. (Dosen Statistika UB); Dr. Candra Dewi, S.Kom., M.Sc. (Dosen Filkom UB); dan Ir. Agung Murti Nugroho, ST., MT., Ph.D, IPM (Dosen Arsitektur UB)
Edelweiss Rangers Tingkatkan Konservasi dan Wisata Tematik di Desa Wonokitri Dengan pendekatan partisipatif, Tim Edelweiss melibatkan anggota kelompok tani dan warga Desa Wonokitri dalam pengumpulan data dan pemetaan aset. Mereka juga memberikan pelatihan dasar kepada anggota kelompok tani untuk mendokumentasikan perkembangan aset secara mandiri.Melalui pengembangan budidaya taman edelweiss ex situ,
masyarakat Desa Wonokitri dapat memenuhi kebutuhan adat secara sah dan mendukung konservasi Edelweiss. Program ini diharapkan meningkatkan kemampuan manajemen Kelompok Tani Hulun Hyang dalam mengelola Taman Edelweiss.
“Dengan identifikasi aset dan analisis SWOT, kelompok tani memahami potensi dan tantangan yang mereka hadapi. Desain tapak memberikan panduan strategis untuk mengembangkan pariwisata tematik berbasis ekowisata yang berkelanjutan,” ujar Danniary Ismail Faronny, SP., M. Ling, mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan sebagai pendamping lapangan.Danniary bersama Novi Silvia, Ahmad Habibi, Eka Prasetyo, Avanza Iqbal, M. Zaki, Erisa, Rahma, Putri, Yuliawati, Rizal, dan Andhika (Mahasiswa Geografi UM) mengikuti kegiatan ini.
Modul identifikasi aset, taksonomi Edelweiss, desain tapak, dan SOP budidaya diharapkan memperkuat upaya konservasi Edelweiss di Desa Wonokitri.
Kelompok Tani Hulun Hyang kini memiliki panduan lengkap untuk mengelola aset, mengembangkan keanekaragaman Edelweiss, dan menjaga kualitas budidaya secara berkelanjutan.
Tim Edelweiss Rangers berharap, peningkatan kemampuan dan pengelolaan kelompok tani yang lebih baik akan menjadikan Taman Edelweiss destinasi wisata edukatif dan alternatif di kawasan TNBTS, menarik minat wisatawan tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.
Keberhasilan kelompok tani dalam mengelola taman ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Wonokitri, sekaligus menjadi contoh pengelolaan wisata berbasis komunitas dan konservasi di daerah lainnya.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, Tim Edelweiss Rangers percaya bahwa Kelompok Tani Hulun Hyang akan mampu menghadapi tantangan yang ada dan terus mengembangkan Taman Edelweiss sebagai simbol kebanggaan dan upaya pelestarian Edelweiss di kawasan TNBTS.
Pewarta Hadi TriswantoEditor Publisher Rahmat Mashudi Prayoga