Jelang Pemilu, FISIP Undip Gelar Pelatihan Literasi Digital Milenial di SMK 1 Kamal

InNgalam.com – Pemilu 2024 tinggal berbilang bulan. Pesta demokrasi akan digelar, gegap gempitanya mulai terasa di banyak media.
Di sisi lain, pemilu serentak dinilai oleh pengamat politik dan budaya, berpotensi memunculkan polarisasi politik dengan membenturkan berbagai perbedaan identitas sosial di masyarakat.
Para kandidat akan melakukan strategi kampanye memanfaatkan isu politik identitas, menggunakan ruang-ruang media sosial untuk meraup suara pemilih pemula.
Foto, video, meme, tautan bertema politik akan membanjiri dinding facebook sepanjang tahun 2023.
Kesadaran akan semangat harmoni sosial, pemahaman mengenai keberagaman atau pluralitas, juga sikap saling menghormati agama dan kepercayaan setiap orang, merupakan nilai-nilai yang perlu ditumbuhkan dan disegarkan kembali.
Hal ini karena menurut data Mafindo, yang didesiminasikan melalui Litbang Talks 2023, tercatat 664 Hoaks di kwartal I 2023, dimana 233 nya adalah hoaks Politik.
Persebaran hoaks salah satunya adalah melalui media sosial, terutama facebook.
Hal ini selaras dengan penelitian Aminah dan Sari (2019) berjudul : Dampak Hoaks di Media Sosial Facebook Terhadap Pemilih Pemula di Aceh, diketahui Facebook adalah media sosial yang digunakan pemilih pemula untuk mendapatkan informasi mengenai pemilihan umum.
Mirisnya hoaks yang disebarkan melalui facebook, berpengaruh pada sikap pemilih pemula di Kabupaten Aceh Jaya.
Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro, melihat pentingnya penguatan literasi digital untuk mendukung pelaksanaan pemilu 2024, terkait kompetensi masyarakat untuk memilih dan memilah informasi yang bebas dari hoaks, ujaran kebencian dan kampanye hitam, selain tentu saja meningkatkan kesadaran pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2024.
Karenanya, dibentuk tim pengabdian kepada masyarakat, bertajuk : Penguatan Harmoni Sosial Melalui Literasi Digital, diketuai Lintang Ratri Rahmiaji, bertujuan menguatkan harmoni sosial dan kesadaran politik pada pemilih pemula melalui pelatihan literasi digital pada pemilih pemula, mengingat 60% dari calon pemilih di pemilu 2024 adalah generasi muda.
Lokasi pengabdian di Pulau Madura, sebagai representasi masyarakat yang majemuk dan sudah mulai melek internet.
Pulau Madura dikenal sebagai kawasan Santri, tidak kurang dari 1000 pesantren yang ada mulai dari Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan hingga Sumenep.
Pesantren menjadi “lembaga suci”, eksklusif, fokus pada agama dan terpisah dari urusan negara termasuk politik.
KH Muhellis Asrory dari Pondok Pesantren Nurul Iman, menuturkan jika
selama ini di Madura pilihan masyarakat memang cenderung berorientasi pada tokoh atau kiai.
Apa yang dipilih kiai, menjadi pilihan masyarakat, termasuk para santri. Meski tidak semua, ada pesantren yang menghormati pilihan berbeda santrinya.
Menariknya, pada Pemilu 2019, terjadi anomali di mana capres yang mengusung tokoh kiai dari NU (Nahdlatul Ulama) justru kalah telak di Madura, hal ini bisa dibaca Islam yang lebih didukung adalah Islam yang bukan mengusung nasionalisme.
Bagaimanapun, sejarah pemilu dan pemilukada di Jawa Timur menunjukkan bahwa Madura adalah penentu kemenangan. 13,3% suara di Pemilu Jatim ditentukan di Madura, kabar baiknya, menurut data KPU tingkat partisipasi politik masyarakat Madura sangat tinggi, di Kabupaten Sampang 96%, di Sumenep 82% pada pemilu 2019.
Selain kentalnya nilai agama Islam di Madura, melansir data Kompas, dalam artikel “Konflik Sampit: Latar Belakang, Konflik, dan Penyelesaian” (2021), masyarakat Madura sendiri memiliki sejarah konflik antar etnis yang dimulai pada tahun 2000-2001 sehingga ada potensi rentan jika diprovokasi atas dasar SARA.
Hal ini didukung dengan data Hasil Riset Status Literasi Digital 2021, Provinsi Jawa Timur mendapatkan indeks sedang yakni 3,55 dari skala 5, berdasarkan kompetensi digital skill, digital safety, digital culture dan digital ethic.
Artinya masih banyak masyarakat Jawa Timur yang rentan dalam menggunakan media digital terutama media sosial.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Trunojoyo Surokhim, menekankan pentingnya menguatkan kelas menengah di Madura, pemberdayaan pemilih perempuan dan pemilih pemula untuk mempersiapkan pemilu 2024.
“Semestinya dalam demokrasi, bukan dominasi aktor yang bekerja, melainkan sistem, semoga tumbuhnya politisi milenial akan mengubah konfigurasi politik di Madura,” urainya.
Dalam program pengabdian masyarakat ini hadir sebagai pembicara Turnomo Rahardjo dengan materi Pluralisme di Indonesia, Hapsari Dwiningtyas dengan materi Literasi Digital Pada Pemilih Pemula, serta Wildan Ichsan Namora yang memberikan materi tentang Pengenalan Terhadap Prebunking Hoaks Untuk Pemilih Pemula. Program dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2023 bertempat di Aula SMK 1 Kamal Bangkalan.
Berdurasi tiga jam, 100 orang peserta pelatihan yang terdiri dari kelas MultiMedia dan Akuntansi terlihat sangat antusias dan terlibat aktif dalam proses diskusi.
Wakil Kepala SMK 1 Kamal Bidang Kesiswaan Ika Novi, menyambut baik program kerjasama pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan Tim PKM Komunikasi Undip, merespon kebutuhan generasi Z yang sangat lekat dengan media sosial namun belum matang dalam penggunaannya, terutama jelang tahun politik.
Ika berharap ke depannya akan semakin banyak program serupa yang dapat menguatkan kompetensi literasi digital anak didik.
Pewarta : Hadi Triswanto
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki