Tadarus Ramadan 1444 H, UMM Hadirkan Dedy Mizwar dan Dwiki Dharmawan

Dedy Mizwar dan Dwiki Darmawan sebagai Narsum di Acara Tadarus Ramadan 1444H (Rohim Alfarizi)
InNgalam.com- Aktor kawakan sekaligus sutradara dan produser Deddy Mizwar dan musisi kawakan Dwiki Dharmawan hadir di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam acara Tadarus Ramadan 1444 H.
Mereka dihadirkan sebagai narasumber ”Strategi Dakwah Melalui Seni dan Budaya” di Dome UMM, Jumat (14/4/2023).
Sebelumnya, diawali dengan penampilan Ita Purnamasari bersama sang suami Dwiki Dharmawan untuk membawakan
dua buah lagu.
Deddy Mizwar mengatakan, dulu berdakwah lewat seni khususnya film sangat sulit.
“Saat ini semuanya cukup lewat ponsel saja. Jika dulu untuk membuat konten harus ada medium yang kerjasama dengan pihak ketiga dan rumitnya butuh biaya besar, untuk sekarang dakwah lewat seni dan budaya lebih mudah dan kreatif karena banyak pilihan,” terang Deddy
Intinya, lanjut Deddy, setiap orang bisa bikin film sendiri dan disiarkan langsung. Namun ia menegaskan bahwa tantangannya adalah bagaimana kontennya?
“Program sinetron di negara kita tidak menunjukkan bahwa orang Islam itu jumlahnya banyak. Padahal 85 persen orang Islam tidak tercermin di layar televisi kita,” urainya.
Pemeran Naga Bonar dan juga Dewan Pakar LSB PP Muhammadiyah ini mengaku bersyukur karena diberi anugerah untuk berkarya sehingga dari keresahan hati akhirnya bertemu dengan teman-teman dan bertanya bagaimana membuat film dengan konten islami.
“Ternyata semua tak mudah, saya bikin film pertama berjudul ‘Abunawas’ di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Tapi bagaimana meyakinkan bahwa konten Islam disukai masyarakat, padahal logikanya keluarga muslim butuh konten yang religius,” bebernya.
Bahkan dirinya sampai rela tidak dibayar oleh produser, mengingat hukum yang berlaku adalah hukum dagang, dimana televisi banyak ditonton akan menghasilkan uang.
“Jadi jangan heran jika tayangan Islami kerap digarap oleh orang non muslim. Di sini yang salah adalah orang Islam, mengapa hanya jadi penonton. Taraf kita masih ngomel, belum berbuat,” ujar pemeran di film ‘Sunan Kalijaga’ ini.
Dikatakan kalau orang Islam tidak bikin film islami, maka umat lain yang bikin. Namun ia mengakui bahwa untuk saat ini sudah banyak orang islam yang kreatif.
“Era industri kebudayaan sebagai cermin dari wajah kita, karena selain sihir, film adalah refleksi realita kondisi masyarakat,” urainya.
Deddy merasa bahwa cara bersyukur adalah dengan membuat film.
“Memang secara finansial, untung belum tahu, rugi sudah pasti, ya untungnya karena kerja kita bernilai ibadah,” tegas aktor kawakan ini.
Sementara Dwiki Dhawmawan menambahkan, musik di Indonesia adalah tuan rumah di negeri sendiri.
“Awal tahun 80-an saya terjun di dunia musik, kehadiran Michael Jackson sekalipun tidak mampu meruntuhkan kesenangan publik akan musik lokal, hingga saat ini dunia musik dikuasai Korea,” ujar Dwiki.
Dwiki melanjutkan, kita harus hati-hati dalam memproduksi suatu musik, karena mampu mempengaruhi anak muda. Seperti contoh lagu Gemilang dari grup yang dinaunginya yakni Krakatau, yang ternyata adalah lagu tersebut, adalah lagu untuk memotivasi anak muda agar tetap semangat dalam belajar.
“Jadi berdakwah lewat musik bisa menyusup di musik-musik pop,” tegasnya.
Dwiki juga menyuguhkan lagu Di Sekitar Kita yang kuat unsur humanisnya, hingga ramai digunakan sebagai theme song lembaga-lembaga kemanusiaan.
“Mereka saya silakan pastikan lagi saya itu gratis, royalti saya cukup ibadah,” ungkap kibordis Krakatau ini.
Sejak itu Dwiki mengaku tertantang untuk membuat lagu religi. Salah satunya ‘Dengan Menyebut Nama Allah’ bahkan bisa menggeser lagu ‘Tuhan’ dari Bimbo di chart radio dan mall-mall sehingga dapat apresiasi dari Acil salah satu personel Bimbo.
“Saya semakin tak ragu untuk menggarap lagu religi lewat berkolaborasi dengan sejumlah seniman dan budayawan,” tukasnya.
Bahkan ia merasa bersyukur dapat menyumbangkan musik di dua muktamar Muhammadiyah dan yang terakhir Hymne PKU Muhammadiyah.
“Tapi saya menegaskan bahwa musik harus berada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Musik tidak berada di salah satu kubu, dan mampu menguatkan persatuan dan kesatuan kita. Musik biar jadi sarana yang mendinginkan,” pungkasnya.
Pewarta : Rohim Alfarizi
Editor/Publisher : Aan Imam Marzuki