Tragedi Pembunuhan: Anak Tega Bunuh Ayah Demi Warisan

Dr. Sukidin, M.PdKorprodi Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Jember.(ist)
Dr. Sukidin, M.Pd Korprodi Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Jember Jember kembali digemparkan oleh kasus pembunuhan yang mengerikan.
Sutikno (39), seorang anak, tega menghabisi nyawa ayah kandungnya, Sutali (55), demi tanah warisan. Korban tewas dengan empat luka tusuk.
Kini, Sutikno telah diamankan polisi dan ditetapkan sebagai tersangka, dengan ancaman hukuman seumur hidup (RadarJember, 2 November 2024).Menurut hasil pemeriksaan Polres Jember, Sutikno nekat membunuh ayahnya karena persoalan tanah warisan yang dijanjikan korban.
Kasus ini tergolong pembunuhan terencana, karena pelaku sudah mempersiapkan pisau dari rumah.Pembunuhan dengan sengaja adalah tindakan yang telah direncanakan dengan alat mematikan.
Seseorang dikatakan membunuh dengan sengaja apabila telah memiliki intensi dan rencana untuk membunuh korban.Kasus ini menambah daftar panjang fenomena pembunuhan yang seolah menjadi berita mingguan di sekitar kita. Tindakan membunuh sering dianggap sebagai cara cepat untuk menyelesaikan masalah.Secara etimologi, pembunuhan adalah tindakan menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum, meskipun ada juga yang tidak melawan hukum, seperti untuk membela diri.
Motif pembunuhan beragam, mulai dari politik, kecemburuan, balas dendam, sengketa warisan, asmara, hingga konflik.
Nyawa adalah sesuatu yang paling berharga dan paling penting bagi kehidupan. Nyawa itu rohnya kehidupan. Merupakan kewajiban bagi kita sebagai masyarakat melindungi nyawa dari segala pelanggaran oleh orang lain, dengan memberi ancaman hukuman yang sangat berat kepada para pelaku pembunuhan.
Sampai terdapat penegakan hukum dengan menindak tegas para pelaku pembunuhan yaitu menghukum mati bagi para pelaku. Hal ini bukan bermaksud mengajarkan kita agar menjadi pendendam, namun untuk mencegah agar perilaku pembunuhan tidak terulang kembali. Pada hakikatnya pembunuhan adalah tindakan yang sangat fatal bagi kehidupan.Dampak lainnya yang perlu kita ketahui adalah hilangnya sumber penghasilan keluarga korban. Hal ini bilamana korban adalah tulang punggung utama ekonomi keluarganya. Kematian korban sangat besar dampaknya secara ekonomis bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Dalam kondisi seperti ini, tidak menutup kemungkinan, anggota keluarga menghadapi kesulitan ekonomi, sehingga mereka bekerja seadanya guna mencukupi beban ekonomi keluarga. Dampak psikologis juga turut hadir, traumatis yang mendalam dialami oleh keluarga korban, terlebih lagi bila keluarga korban menyaksikan peristiwa pembunuhan tersebut. Mereka akan terus mengingat memori buruk yang telah dilakukan kepada orang tua atau anggota keluarganya. Mereka juga akan kehilangan kasih sayang dari orang tua atau anggota keluarga yang meninggal.
Mereka ditinggal mati korban untuk selamanya.Dampak lain yang tak kalah penting adalah timbul kepanikan dan ketakutan di masyarakat luas. Ketakutan dan kepanikan warga masyarakat ini mungkin timbul apabila peristiwa pembunuhan berlangsung secara beruntun, brutal, dan sulit diselesaikan karena melibatkan massa.
Salah satunya kasus pembunuhan yang membuat heboh beberapa waktu lalu, yaitu kasus mutilasi dengan tubuh korban dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Mendengarnya saja sudah membuat kita ngeri dan histeris. Motif balas dendam juga dapat menjadi pemicu terjadinya pembunuhan.
Rasa sakit hati yang diselimuti rasa dendam yang tinggi, dapat membuat pelaku melakukan aksi pembunuhan. Sesatnya hati nurani pelaku membutakan segalanya, pikirannya tidak lagi jernih. Perasaan amarah telah mendominasi sehingga mereka berani melakukan kejahatan sekeji itu. Sikap pelaku adalah cerminan sikap manusia yang tidak memiliki sebuah toleransi dan empati terhadap orang lain.
Pelaku pembunuhan merupakan perilaku yang biadab. Pelaku mungkin saja mengalami gangguan kesehatan atas tindakannya tersebut. Tindakan pelaku tetap merupakan kesalahan dan harus dimintai tanggung jawab atas perbuatan buruknya. Kesesatan terjadi karena kesadaran yang terlambat. Pembunuh yang kalap karena kurang dekat dengan Tuhan yang maha kuasa, sehingga emosi jiwanya menjadi tidak terkontrol.
Manusia yang kurang mendekatkan diri dengan agama dan penciptanya hidupnya menjadi kurang bercahaya. Manusia yang mendekatkan diri kepada Tuhan akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan cenderung lebih memikirkan akibat atas semua perilakunya.
Sebagai manusia yang berbudi luhur dan berakal tidak sepantasnya manusia melakukan pembunuhan. Mari kita akhiri tragedi pembunuhan, dan kita semangati hidup ini dengan spirit kehangatan dan kesejawatan.
*Penulis adalah Koordinator Prodi Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Jember.*Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.