Umroh Perdana
Oleh : Ustadz Dr. Sukidin.,S.Pd.,M.Pd
InNgalam.com – Setelah terbang dari Surabaya ke Singapura, perjalanan udara kemuian berlanjut dari bandara Changi ke King Abdul Azis.
Dari Jeddah via bus ke Mekkah Al-Mukarromah. Banyak jama’ah meminta ke Mekkah dahulu agar dapat segera menunaikan ibadah umroh.
Disamping itu banyak jama’ah yang belum pernah haji atau umroh, sehingga mereka sangat merindukan Ka’bah.
Selama ini mereka hanya mendengar Ka’bah itu adalah kiblatnya orang salat.
Saat ini mereka akan segera dapat menyaksikan Ka’bah secara langsung, bahkan bisa menyentuhnya.
Sungguh hal ini merupakan pengalaman hidup yang luar biasa membahagiakannya.
Akhirnya pihak travel menyetujui, dan rombongan kami akhirnya menuju Mekkah.
Berhubung kami akan langsung umroh, maka para jama’ah diminta untuk mengambil miqat di Yalamlam, yang posisinya sekitar 30 menit sebelum landing di Jeddah.
Jadi dari bandara Changi kami sudah mulai mengenakan pakaian ihrom.
Setelah memasuki kota Mekkah, kami langsung menuju hotel. Para jama’ah membawa koper dan masuk kamar masing-masing.
Di kamar kami hanya menaruh koper dan berwudhu.
Kami sudah ditunggu muthowif untuk dipandu atau dibimbing secara kolektif selama melakukan prosesi umroh.
Tepat pukul 01.30 waktu setempat, kami menuju Masjidil Haram. Hal pertama yang kita lakukan adalah salat jamak qashar Maghrib dan Isya’ secara berjamaah.
Salat Isya’ dilakukan dengan paket 2 rakaat, dan Salat Maghrib tetap 3 rakaat.
Selanjutnya muthowif memandu niat thawaf dan para jama’ah mulai mengelilingi Ka’bah dengan bilangan tujuh putaran.
Meski tengah malam, suasana orang thawaf tidak makin sepi.
Semakin larut malam ternyata malah semakin ramai orang-orang berthawaf. Allohu Akbar, inilah kuasa Tuhan.
Melalui kuasanya Tuhan menggerakkan hambanya untuk terus mengagungkan namaNya.
Selesai thawaf kami menunaikan Salat Thawaf dan berdo’a di dekat maqom Ibrahim dan mata air Zam-Zam.
Banyak para jama’ah yang berdo’a dengan khusyuk, bahkan ada beberapa yang sambil meneteskan air mata.
Setelah thawaf, kami melanjutkan prosesi berikutnya yaitu Sa’i.
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Caranya Shafa-Marwah terhitung satu kali, Marwah-Shafa dua kali, dan seterusnya sampai berakhir di Marwah.
Setelah tujuh kali, agenda terakhir dari prosesi Sa’i adalah tahallul umroh.
Tahallul adalah kegiatan memotong sebagian rambut, cukup tiga kali guntingan saja.
Setelah tahallul maka sempurnalah umroh perdana kami.
Semua kegiatan berlangsung lancar, dan semua jama’ah nampak happy dan lega.
Ibadah haji dan umroh menuntut kondisi fisik dan mental yang prima.
Meski kami merasa lega telah berhasil menunaikan umroh perdana, namun jujur kami merasa agak.kelelahan.
Kami manjadi teringat 20 tahun lalu, yaitu tahun 2004 ketika kami diberi kesempatan naik haji. Ketika itu kami masih berusia 37 tahun.
Fisik masih segar dan merasa dalam kondisi sehat.
Semua prosesi ibadah haji dan ibadah umroh tambahan masih sanggup kami lakukan.
Salat jama’ah di Masjidil Haram juga kami usahakan tidak ada yang lobang.
Ketika di Madinah selama sembilan hari, kami juga masih mampu melakukan arba’in, yaitu salat jama’ah di Masjid Nabawi sebanyak 40 kali tanpa ada yang tertinggal.
Setelah masa 20 tahun semuanya telah berubah. Kini, kulit sudah mulai mengendur, pandangan mulai kabur, rambut putih mulai bertabur, langkah mulai tak teratur dan gigi mulai gugur.
Kekuatan fisik sudah berkurang, mata sering berkunang-kunang. Sekarang kami sudah mendekati umur 60 tahun.
Orang Jawa bilang ‘sewidak’ yang bisa dimaknai ‘sejatine wis wayahe tindak’.
Artinya, usia 60 tahun itu sudah waktunya fokus pada kematian.
Meski begitu kami masih berupaya untuk tetap tegar dan agar nampak segar.
Makan tepat waktu, selalu konsumsi buah, jaga pola tidur, istirahat yang cukup dan yang lebih penting konsumsi vitamin setiap hari, serta bertawakal hanya pada Allah.
Pesan moral kami, berhaji atau umrohlah selagi masih muda.
Usia 35 sampai 45 itu idealnya, jangan menunda dengan menunggu usia tua.
Tujuannya adalah agar dapat melaksanakan syarat dan rukun haji/umroh secara sempurna.
Semua salam bapak/ibu/sahabat sudah kami sampaikan ke baginda Rasulullh SAW. Do’a kami menyertai Anda.
Mekkah, 3 Januari 2024
*Penulis : Ustadz Dr. Sukidin.,S.Pd.,M.Pd, Dosen Universitas Jember, Kaprodi Pascasarjana IPS.
- Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis